Personal: Menjadi Lebih Baik

Sudah 15 hari setelah kepergian Nyokap dari dunia. Terkadang masih suka sedih karena merasa kehilangan. Tetapi satu hal yang pasti, sekarang tempatnya di rumah yang tenang, sampai saatnya bertemu kembali dihari penghakiman. Berhubung Nyokap sudah meninggal, tentunya masih ada urusan hukum yang ditinggalkan di dunia bagi ahli waris yang masih hidup, baik berupa hutang dan warisan. Yang merepotkan itu penyelesaian kartu kredit, yang dipakai cuman berapa, tetapi harus dibayar berlipat-lipat. Puji Tuhan, itu sudah diselesaikan oleh keluarga. Belum lagi biaya lain-lain. Mama adalah seorang PNS Guru yang belum pensiun, dikarenakan kematian, otomatis menjadi pensiun dini, dan keluarga harus mengurus masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan hal tersebut, seperti taspen dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, ternyata mengurus persyaratan seperti kartu kematian, kartu keluarga, dan hal-hal lain yang memusingkan tidak lah mudah. Itu semua dikarenakan birokrasi yang masih acak-acakan dan banyaknya kebodohan dari petugas yang bersangkutan. Jujur, seorang petugas di Kecamatan yang saya temui bodoh secara hukum. Padahal seharusnya ia sudah tahu. Kenapa bisa katakan demikian. Sewaktu mau legalisir foto copy akta nikah, ditolak karena pernikahan dilakukan di Medan, dan sekarang domisili di Tangerang. Menurut hukum, seharusnya bisa, karena instansi itu berlaku di seluruh Indonesia, tentu saya tahu. Sewot, pasti nya, setelah saya marahi dan saya beritahukan siapa saya, baru ketakutan dan dijalankan. Bilang saja minta uang supaya lancar. Memang menyebalkan, tetapi begitulah adanya budaya yang ada di bangsa kita. Mau bilang apa coba? Miris.

Sekarang saya sudah masuk kantor, banyak hal-hal lain yang masih harus diselesaikan, karena hal tersebut, terpaksa saya membiarkan ayah saya berjalan sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, untungnya Ayah saya mengerti hukum, beliau sudah pensiunan, kasihan juga sudah tua, tapi apa daya, atasan saya bukan lah orang yang mengerti. Pada saat saya masuk setelah berduka, bukan penghiburan yang saya dapat, tetapi omelan karena saya tidak masuk kantor karena tidak melapor. Mau bilang apa? Dia pimpinan, yah sesuka-suka dia. 

Tetapi apa pun yang terjadi setelah kepergian Mama, saya harus menjadi pribadi yang tangguh dan kuat, apalagi untuk adik-adik saya yang sedang menjalankan praktek koas sebagai dokter. Mereka harus lanjut kuliah, karena pesan Mama adalah demikian. Tuhan Yesus pasti bimbing keluarga saya untuk menjadi lebih baik. Menjadi mandiri dan lebih menggantungkan segala hal kepada Tuhan, dan selalu berpengharapan melalui Tuhan, saling mengasihi supaya tidak terpecah belah. Kesedihan karena kehilangan pasti akan saya rasakan untuk selamanya, tetapi satu hal yang saya tahu, Tuhan selalu mengasihi saya dan orang-orang yang saya kasihi. Kehidupan harus dijalani dengan baik sampai nanti saatnya kita kembali berhadapan dengan Pencipta.

Comments